INDONESIAN ASSEMBLY Of MOSQUE YOUTH DPD BKPRMI TOBASAMOSIR

BKPRMI TOBASAMOSIR

Logo DPD BKPRMI TOBASAMOSIR

BKPRMI SUMUT

Audiensi (LPPKS)(BKPRMI) Sumatera Utara dengan (MUI) Sumatera Utara yang langsung dipimpin oleh Ketua Umum DPW BKPRMI Sumatera Utara CH. Idham Dalimunthe M.Si didampingi Dir Wilayah LPPKS BKPRMI Armansyah Harahap, M.Pd

MUSDA BKPRMI

Kunjungan Pak Ketua Umum DPP BKPRMI Pada acara Musda

Pengurus DPP BKPRMI Pusat

Pelantikan Pengurus DPP BKPRMI Pusat

Ketua Umum DPP BKPRMI

Ketua Umum DPP BKPRMI

Sabtu, 28 April 2012

BKPRMI MEDAN KOTA

Sorry WEB PAGE BKPRMI MEDAN KOTA THAT YOU FIND IN http://bkprmimedankota.blogspot.com/

Sorry BKPRMI MEDAN KOTA PAGES THAT YOU FIND NOTHING IN THIS WEBSITE

Kamis, 26 April 2012

DPD BKPRMI KOTA MEDAN BEKERJASAMA DENGAN DISPORA MEDAN

Sumber: BKPRMI Kota Medan News
Wali kota Medan Drs H Rahudman Harahap MM diwakili Asisten Kessos Drs H Farid Wajedi mengungkapkan, iman dan takwa menjadi salah satu pendukung utama suksesnya pembangunan.
Karena itu kedua pilar kokoh ini harus tertanam kuat dalam diri masyarakat, sehingga akan memiliki kemampuan yang jernih, bernas dan rasional dalam memberikan dukungan pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan pemerintah.
Demikian disampaikan Walikota Medan dalam sambutan tertulisnya ketika membuka Pelatihan Iman dan Takwa Pemuda Remaja Islam DPD Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) Kota Medan di Garuda Plaza Hotel, Selasa (6/12).
Pada kesempatan itu walikota juga mengharapkan remaja masjid dapat memberikan kontrol positif dan konstruktif terhadap jalannya roda pembangunan yang bergulir, sehingga bisa lebih tepat sasaran serta menyentuh kepentingan masyarakat di seluruh lapisan.
Pelatihan iman dan takwa DPD BKPRMI Medan bekerjasama dengan Dispora Kota Medan diikuti sekitar 100 remaja masjid itu dilaksanakan sampai tanggal 8 Desember yang dilanjutkan dengan out bond di Sayum Saba Sembahe.
Hadir pada kesempatan itu Ketua DPP BKPRMI H Ali Mochtar Ngabalin, sekretaris DPP Ade Irfan Pulungan, Kadispora Kota Medan Drs H Busral Manan, Ketua DPW BKPRMI Sumut Drs Idham Dalimunthe, HM Daud Sagitaputra, tokoh agama, tokoh masyarakat dan undangan lainnya.
Ketua DPP BKPRMI H Ali Mochtar Ngabalin menjelaskan, remaja masjid sebagai pilar pembangunan memiliki ciri yang sangat melekat, yaitu dekat dengan masjid dan Alquran.
Karenanya remaja masjid adalah pemuda dengan karakter yang sangat kuat, yaitu menjadi Human Capital atau menjadi kekuatan besar yang selalu memanusiakan manusia sesuai dengan keridhaan Tuhan untuk kemashlahatan hidup manusia, jelas Mochtar Ngabalin.
Menurut Ngabalin, dengan ciri melekat remaja masjid itu, diharapkan menjadi tauladan kepada remaja lainnya untuk selalu berbuat yang terbaik. Itu makanya, tegas mantan anggota DPR RI ini, kita tidak perlu terlalu mempercayai hasil survey yang menyebutkan lebih 50 persen remaja Sumut tidak perawan.
"Sebab kalau remaja masjid Medan selalu dekat dengan masjid, maka asumsi itu tidak berdasar sama sekali," ujarnya.

Jumat, 20 April 2012

DPK BKPRMI MEDAN PERJUANGAN DI LANTIK

Sumber Artikel : http://bkprmimedan.blogspot.com/

“Tidak dikatakan dia seorang pemuda ketika ia katakan, ini orang tuaku, ini bapakku, tapi dikatakan pemuda itu, ini aku, inilah karyaku, ini kreatifitas ku”, demikian yang disampaikan Ketua Umum DPD BKPRMI Kota Medan Syafrizal Harahap SHi dalam kata sambutannya pada acara Tabligh Akhbar dan Pelantikan Dewan Pengurus Kecamatan BKPRMI Medan Perjuangan periode 2009 – 2012 yang dilaksanakan di halaman masjid Al Falah Jl Ibrahim Umar Gg. Sado (30/01/2010)

Berbuatlah ketika perbuatan yang diyakini adalah pembinaan umat dan untuk kebaikan umat himbau Syafrizal, karena seebaik-baik kamu adalah bermanfaat untuk orang lain, sambungnya kemudian. Ketika kita melakukan perbuatan yang positif pasti orang tua akan mendukung karena yang dilakukan BKPRMI merupakan demi kemajuan pemuda Islam.

Dalam sambutan tersebut, beliau juga menyampaikan bahwa di Medan ada sekitar 700 mesjid dan 400 mushola, bisa dibayangkan bila satu remaja masjid memiliki anggota 10 orang saja dan kekuatan ini dikonsolidasikan, maka bukan tidak mungkin untuk kedepan remaja masjid bisa menentukan arah Kota Medan. Walaupun pada tahun ini remaja masjid hanya mewarnai kepemimpinan kota Medan. Yang diterpenting gerakkan dimulai dengan komitmen diri sendiri.

Pada kesempatan tersebut Sekretaris Daerah Kota Medan Drs. H. Zulmi Eldin S, M.Si yang turut hadir, mengatakan bahwa organisasi BKPRMI lain dari organisasi yang lain sebab akidahnya jelas dan tujuannya jelas, tinggal bagaimana menyatukan sikap untuk bisa bermanfaat bagi orang lain.

“Saya berharap kepada pengurus DPK Medan Perjuangan 2009 – 2012, jadilah remaja yang bisa menjadi contoh tauladan bagi remaja lain khususnya yang belum tergabung di BKPRMI, tentunya contoh itu yang terbaik buat agama kita, jangan kita dianggap sama dengan OKP lain yang azasnya berbeda”, demikian harapan beliau.

Acara tersebut dihadiri oleh DPK BKPRMI yang berada di Kota Medan, pengurus DPD BKPRMI Kota Medan, remaja masjid, Ibu-ibu perwiritan dan warga yang ada disekitar Kecamatan Medan Perjuangan dengan tabligh Akbar disampaikan oleh al ustadz Miftahul Khair.

Pengurus DPK BKPRMI Medan Perjuangan yang dilantik diantaranya adalah Ketua Umum Husni Ishak, Sekretaris Umum Agus Rizaldi Nasution, Bendahara Umum Bukhori,

Direktur LPPSDM Zulfikar, Direktur LPPTKA Ahmad Nasrun, Direktur LPPEKOP Zunaidi Sirait, Direktur LPPKS Siti Aisyah, Brigade BKPRMI Kecamatan M. Fadly Nasution.

Senin, 16 April 2012

TOBASA WAKIL SUMUT FESTIVAL ANAK SALEH

Tobasa, Sumut, 12/8 (BKPRMI Tobasamosir News) – Santri dari Madrasah Ibtidaiyah Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara, Mahmud Kholil Siagian, terpilih mewakili provinsi tersebut untuk mengikuti Festival Anak Shaleh Indonesia VIII Tingkat Nasional pada 24-27 September di Jakarta.

“Mahmud berhasil menjuarai lomba MTQ Tartil tunggal putra kategori Taman Pendidikan Al qur?an (TPA) kelompok usia usia 7-12 tahun,” ujar Ketua Umum Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) Tobasa, Sopyan Nasution, S. Ag di Balige, Jumat.

Ia mengatakan, seleksi penjaringan tingkat provinsi telah dilaksanakan Juli 2011 di Pesantren Darul Arofah Medan untuk menentukan peserta yang berhak mewakili daerah tersebut ke tingkat nasional di Jakarta.

Selain Mahmud, kata dia, dua orang santri bimbingannya juga berhasil sebagai juara II MTQ Tartil tunggal putra TK Al Qur’an kelompok usia usia 4-6 tahun, yakni Muhammad Tantowi Siagian serta Mardiah Tambunan yang menjadi juara II Tilawah Al-Qur’an.

“Terpilih mewakili provinsi untuk berlomba di tingkat nasional merupakan suatu prestasi membanggakan, karena mampu menunjukan keunggulan dari sekian banyak santri yang ada di daerah tersebut,” kata Sophan.

Untuk itu, dia berpesan kepada santri yang diutus mewakili provinsi tersebut, agar lebih giat menjalani latihan sebelum mengikuti lomba, dengan disiplin teratur serta tetap menjaga nama baik daerah.

“Tunjukkan bahwa orang daerah mampu bersaing di tingkat nasional, dengan kemampuan dan daya saing yang bisa diandalkan,” katanya.

Sophan menjelaskan, Festival Anak Shaleh Indonesia (FASI), merupakan hajatan nasional yang diselenggarakan BKPRMI Pusat, diisi berbagai kegiatan lomba, dikategorikan dalam tiga kelompok, yakni tingkat TKA (usia 4-6 tahun), tingkat TPA (usia 7-12 tahun) dan tingkat TQA (usia 13-15 tahun).

Peserta lomba, berasal dari santri TK Al Qur’an, Taman Pendidikan Al qur’an dan Ta’limul Qur’an lil Aulad utusan Lembaga Wilayah yang telah memenuhi syarat dan ketentuan umum serta terdaftar pada Panitia FASI VIII dengan keharusan mentaati seluruh tata tertib yang ditetapkan.

Festival itu merupakan pagelaran lomba kreativitas santri berprestasi, dengan fungsi utama sebagai media memperkokoh silaturahim fungsional dalam upaya menopang ukhuwah Islamiyah di kalangan pengurus BKPRMI.

“Selain itu, juga sebagai wahana menumbuhkan semangat kebersamaan dan profesionalisme di setiap jenjang kelembagaan, sekaligus media evaluasi kualitas santri di seluruh Indonesia yang selanjutnya akan menjadi umpan balik perbaikan kurikulum termasuk proses pembelajaran,” ujar Sopyan  Nasution, S. Ag.

Jumat, 13 April 2012

Pendukung munafik dan munafik pada pendukung

Oleh: Mustamar Iqbal Siregar, S.HI*
Sumber Artikel : http://dpdbkprmisbg.blogspot.com/p/opini_03.html
OPINI :

Pesta demokrasi Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilu Kada) yang sekarang ini terjadi di banyak daerah di Indonesia telah menguras energi, pikiran dan waktu sebagian besar rakyat di seantero negeri ini, terutama masyarakat yang berdomisili di daerah yang sedang melaksanakan Pemilu Kada. Ada yang berperan sebagai pengamat, Tim Sukses, dan Simpatisan. Bahkan ada yang hanya menonton bisu. Mungkin di antara Tim Sukses dan Simpatisan banyak yang sudah berpengalaman gaek dalam membidani Pemenangan seorang Calon. Dari sekian banyak Calon yang pernah mereka perjuangkan ada di antaranya yang sudah menjadi Kepala Daerah dan tidak sedikit juga yang kalah.
Bagi Tim Sukses dan Pendukung yang Calonnya beruntung menang, biasanya, akan mengeluh paska merasakan pola kepemimpinan Calon yang didukung setelah beberapa bulan atau tahun ke depan. Stigma sumbang pun akan bermunculan di tengah – tengah masyarakat berbarengan dengan semakin terkuaknya kemunafikan atas janji-janji yang pernah diucapkan. Lain halnya dengan Calon yang tidak beruntung, di mana pada saat evaluasi kekalahan dilakukan akan bermunculan segudang nama – nama Tim Sukses dan Pendukung yang munafik sebagai penyebab dari kekalahan yang dialami. Kondisi inilah yang kerap terjadi di berbagai ajang pemilihan, termasuk Pemilukada. Karena itulah pada momentum ini penulis mencoba mengelaborasi beberapa praktek kemunafikan dalam Pemilukada dengan mengambil Kota Sibolga sebagai salah satu sample.

Sample: Pemilukada Kota Sibolga Tahun 2010

Proses Pemilukada Kota Sibolga Tahun 2010 telah berjalan sampai pada tahap penetapan dan pencabutan nomor urut Calon. Dapat dipastikan ada lima pasangan yang akan bertarung pada Pemilukada Kota Sibolga tahun ini. Di antaranya adalah Pasangan Wilfren Gultom, SE. MM – Ir. Hazmi Arif Simatupang (Nomor Urut 1), Drs. H. M. Syarfi Hutauruk – Marudut Situmorang, AP, MSP (Nomor Urut 2), H. Afifi Lubis, SH – Halomoan Hutagalung, SE (Nomor Urut 3), dan Hotman Silalahi, SH – Syaril Piliang Guci (Nomor Urut 4), serta dr. Rudolf Hamonangan Sianturi – Ir. Ulam Raya Hutagalung, M.Si (Nomor Urut 5). Hingga sekarang ini, kelima pasangan Calon tersebut tentu sudah melakukan proses sosialisasi dan komunikasi politik dengan masyarakat Kota Sibolga. Ada yang disambut dengan sikap simpatik dan ada juga yang bersikap sinis. Ada yang disambut dengan sikap skeptis (ragu-ragu) serta ada juga yang bersikap apatis (tidak mau tau). Dari sekian banyak peristiwa yang terjadi dalam proses sosialisasi dan komunikasi politik pada Pemilukada Kota Sibolga tahun ini, terkandung banyak kisah kemunafikan yang dapat menjadi pelajaran dalam upaya merestorasi proses demokratisasi kita. Praktek kemunafikan yang penulis maksud dalam hal ini tentu yang relevan dengan pengertian terminologis sebagaimana yang disunnahkan oleh Rasulullah Muhammad SAW yakni; apabila berkata ia dusta; apabila berjanji tidak ditepati; dan apabila diberi amanah ia khianat.
Penulis sering mendengar cerita banyaknya masyarakat yang apabila ditanya Pilihannya oleh seorang Calon, maka ia akan menjawab “kemana lagi kalau bukan mendukung Bapak”. Tapi ketika ditanya oleh Calon yang lain, ia juga menjawab dengan bahasa yang sama. Pendirian ini dalam terminologi politik masyarakat Kota Sibolga disebut “Kapalo Duo” (Kepala Dua). Atau yang dalam istilah lain orang tersebut tergolong tipe orang yang “Ada di mana-mana dan tak ke mana-mana”. Sama halnya dengan cerita masyarakat yang ingin berurusan dengan Pemerintah Kelurahan maupun Kecamatan. Karena Lurah dan Camat sudah ikut dalam dukung - mendukung Calon, maka masyarakat yang mau ngurus Raskin, KTP, KK, Jamkesmas, maupun urusan-urusan lainnya harus menyesuaikan pilihannya dengan pilihan Lurah ataupun Camat masing – masing meskipun sebenarnya tidak sama. Ada lagi kisah seorang sahabat penulis yang pada mulanya mendukung salah satu Calon karena Calon tersebut telah berjasa menjadikannya sebagai seorang Ketua Organisasi Pemuda. Awalnya beliau cukup mengelu-elukan dan senantiasa mendampingi Calon tersebut dalam setiap melakukan sosialisasi diri. Belakangan, entah apa penyebabnya orang tersebut telah beralih ke Calon lain dengan baju Partainya. Di jajaran Pemerintahan pun demikian, banyak aparat Pemerintah yang harus meng-iya-kan apa Pilihan atasannya padahal belum tentu sama dengan pilihannya. Semua kisah ini merupakan bentuk kemunafikan seorang pendukung pada Calon yang didukungnya atau kemunafikan rakyat pada nuraninya. Kenapa kita harus takut untuk jujur? Apa yang kita takutkan? Bukankah hidup ini selalu dihadapkan pada dua pilihan? Surga – Neraka, Menang – Kalah, Benar – Salah, Untung – Rugi, dan lain sebagainya. Dan bisakah kita pastikan kita akan selalu benar dan menang? Pertanyaan – pertanyaan inilah yang harus menjadi cemeti bagi kita semua.
Di samping kisah kemunafikan seorang pendukung, penulis juga sering menyaksikan dan mendengar kisah kemunafikan seorang Calon dalam proses sosialisasi dan komunikasi politik pada Pemilukada Kota Sibolga tahun ini. Ada Calon yang menyebut Calon lain tidak akan dapat perahu Partai Politik, ternyata dapat dan sekarang sudah sama – sama punya nomor urut. Ada lagi Calon yang karena dia berposisi signifikan di Pemerintahan, lalu ia menjanjikan akan meloloskan anak salah satu pendukungnya menjadi CPNS pada Penerimaan CPNS Tahun lalu. Karena anak tersebut ternyata tidak lulus, pendukung Calon itupun akhirnya lari dan mendukung Calon lain. Ada juga Calon yang menabur janji akan memberikan gaji bulanan pada Timnya dengan jumlah “sekian”, ternyata itupun belum ada. Bahkan isu terkini, ada Calon yang sudah berjanji akan menabur uang sejumlah dua ratus ribu rupiah per-orang saat “serangan fajar” atau “serangan imsak” jelang hari “H” Pemilihan. Jika ini nantinya ternyata tidak ada atau kurang dari apa yang dijanjikan, maka rakyat akan segera meninggalkan Calon tersebut dan ke depan Calon – Calon seperti inilah yang akan membohongi rakyat kalau sudah menjadi pemimpin.
Kisah – kisah inilah yang merupakan sample dari cerminan Pemilukada di berbagai daerah. Bayangkan, betapa bobroknya negeri ini kalau setiap sendi kehidupan harus dilakoni dengan kemunafikan. Terlebih di ranah politik yang merupakan dasar untuk melahirkan kepemimpinan nasional, regional dan lokal. Seorang Calon yang didukung oleh dominasi orang-orang munafik maka akan tipis harapan untuk menang. Begitupun seorang Calon yang sudah dominan berkata dan bersikap munafik kepada pendukungnya cepat atau lambat pasti akan segera ditinggalkan. Yang jelas, tidak ada yang patut untuk dipilih dari kedua pilihan di atas. Dan apabila kita melanggengkan kedua pilihan di atas, maka tidak hanya rugi bahkan kita sudah turut mencederai proses demokratisasi yang sedang berkembang di republik ini.

Harapan Penulis

Bagi penulis, reality story (kisah nyata) manusia hipokrit (munafik) di atas pada akhirnya hanya menyisakan sekelumit harapan. Harapan agar masyarakat daerah yang saat ini sedang mengikuti proses Pemilukada lebih berani untuk jujur menyuarakan pilihan. Kita harus mampu memanifestasikan prinsip vox populi vox dei (suara rakyat suara Tuhan). Adagium ini hendaknya tidak hanya milik Mahasiswa saat melakukan gerakan aksi demonstrasi atau milik para buruh saat menuntut haknya yang diabaikan. Tapi adagium ini juga harus menjadi milik rakyat saat menentukan pilihan politiknya. Dalam konteks ini, yang dimaksud dengan “suara rakyat adalah suara Tuhan” bukan berarti suara rakyat identik dengan suara Tuhan. Tapi suara rakyat harus bersumber dari kebenaran, bukan kemunafikan. Suara kemunafikan hanyalah suara iblis yang menyesatkan.
Disadari atau tidak, saat ini perkembangan demokrasi politik di Indonesia sudah bejalan lebih baik. Dulu kita tidak pernah memilih langsung Calon Pemimpin kita, tapi sekarang sudah. Dulu Wakil Rakyat (DPR/D) kita dipilih berdasarkan nomor urut, tapi sekarang berdasarkan suara terbanyak. Pada saat pertama kali rakyat diberikan otoritas memilih langsung Calon Pemimpinnya, rakyat cenderung menitik beratkan pilihan pada besar kecilnya uang yang diberikan oleh Calon. Tapi sekarang seolah lidah kita sudah fasih mengatakan “terima uangnya tapi jangan pilih orangnya”. Modernisasi politik ini harus kita dukung hingga kita mampu meralisasikan kejujuran substansial. Saat ini dan di hari yang akan datang kita tidak perlu lagi berbohong walau pilihannya tetap benar. Kita harus berani jujur dan tegas untuk menyatakan pilihan yang benar. Ungkapkanlah kebenaran itu walaupun pahit rasanya. Jika Calon yang tidak benar datang mengajak kita, maka kita harus berani meng-counter tegas, “Ma’af, saya tidak bisa mendukung Anda” atau “Ma’af, saya sudah punya pilihan sendiri” atau “Ma’af saya tidak bisa terima uang Anda”. Dengan demikian, maka peta politik pada Pemilukada Tahun ini tidak lagi berwarna buram (susah ditebak siapa yang kemana dan siapa yang menang), tapi sudah mulai jelas dan dapat diklasifikasikan. Siapa yang lebih besar mendapatkan dukungan publik maka dialah yang akan menjadi pemenang. Karena tidak ada lagi yang berdusta dan tidak ada lagi yang berkhianat ataupun “kutu loncat”.
Bagi para Calon, penulis juga berharap agar lebih membangun kejujuran dalam berpolitik. Menjadi seorang politisi hipokrit hanya akan membuat rakyat geram. Jangan kita tabur janji kalau kita tak mampu. Mungkin sesaat kita merasa banggga karena janji palsu yang kita iming-imingkan telah mampu menghipnotis massa. Tapi sesungguhnya ketika kebohongan itu terungkap, maka kerugianlah yang akan kita dapatkan. Dengan gampang mereka tidak hanya meninggalkan kita tapi juga melecehkan kita. Ungkapkanlah sesuatu apa adanya, tidak berlebihan. Karena sesuatu yang berlebihan akan lebih dekat pada kebohongan dan kemunafikan. Bersikaplah jujur selama dan paska Pencalonan agar rakyat bisa menjadikan kita tauladan.
Penutup
Bersikap munafik dalam berpolitik hanya akan menghasilkan kerugian. Kalau Calon dan Pendukung sudah hipokrit (munafik) maka sampai kapan pun kita tidak akan mendapatkan pemimpin yang benar dan bermanfaat bagi pembangunan daerah. Budayakanlah sikap jujur dalam berpolitik agar proses demokratisasi di negeri kita ini berjalan lebih baik. Katakan pilihanmu dan jangan ada dusta di antara kita.

  Penulis adalah Ketua Umum DPD Badan Komunikasi
  Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) Kota Sibolga
  Periode 2009-2013 dan
  Mantan Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM)
  FIAI UII Jogjakarta

Selasa, 10 April 2012

Selamat dan Sukses Munas XI BKPRMI di Jakarta

Jakarta: Setelah melalui perdebatan, bahkan harus melalui pemilihan dua putaran, Ali Mochtar Ngabalin terpilih kembali sebagai Ketua Umum Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia periode 2009-2013, pada Musyawarah Nasional XI di Jakarta, Rabu (24/6). Sebelumnya Ali memimpin BKPRMI 2006-2009, terpilih pada Munas X di Nangroe Aceh Darussalam.
Dalam proses pemilihan yang dimulai sejak pukul 03.00 WIB hingga 09.00 itu, Ali berhasil mengumpukan suara 230, sementara rivalnya Jafar Al Katiri, utusan dari Sulawesi Utara, mendapat dukungan 139 suara.
Munas BKPRMI XI dihadiri oleh 400 utusan dari Pengurus Wilayah, Daerah, dan undangan berlangsung di Jakarta sejak 21-24 Juni, dibuka oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla di Istana Wakil Presiden, Senin (21/6).
Kendati aktif di partai politik dan penyokong utama Jusuf Kalla, Ali Mocthar berjanji tidak akan membawa organisasi kepemudaan BKPRMI ke rana politik. “Ana (saya) tidak akan membawa BKPRMI ke arah politik praktis. Apalagi mengarahkan anggota ke salah satu calon presiden,” janjinya, Rabu (24/6).